Bacaan: Lukas 22:54-65
Apabila keadaan senang, mudah untuk seseorang itu mengaku dirinya Kristian tetapi apabila keadaan susah dan adalah berbahaya jika seseorang itu diketahui beragama Kristian, ada yang menyangkal Yesus dan berkata, “Aku tidak mengikut Yesus”. Seperti Petrus semoga mereka ini juga akan mengalami teguran ‘ayam berkokok’ dan bertaubat dari kesaksian palsu mereka itu. Janganlah kita seperti Petrus - ketika dalam situasi di mana mengaku kita Kristian akan membawa kesan negatif, marilah kita dengan berani mengaku, “Ya, aku kenal Dia. Apa yang engkau katakan benar. Aku seorang daripada mereka yang bersama Yesus!”
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteLama sudah saya kenal petikan ini (penyangkalan petrus). Begini, sebelum hal penyangkalan itu terjadi, Yesus sudah pun memberitahukan hal tersebut kepada Petrus, dan penyataan Petrus sebelum masa itu adalah "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!", tetapi yang respon Petrus pada masa hal itu terjadi adalah penafian (kerana takut dan gementar). Apa pun jangan berhenti di sini sahaja, sesudah itu (dlm teks selanjutnya), alkitab menceritakan bahwa sesudah hal itu terjadi, berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata demikian kepadanya, lalu Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Bagi saya, bukan melihat kepada berapa banyak kali kita menyangkal Dia, tetapi adakah pertobatan kita itu betul-betul mengubah hidup kita dan menambahkan kesungguhan kita mengikuti Dia! Sejarah menceritakan bahwa Petrus tidak pernah lagi mundur dalam pekerjaan pelayanannya (sebagai Rasul), malah dia langsung tidak takut walau dihukum mati!
ReplyDeletesaya sambung lagi (agak free plak hr ini hehehe)...
ReplyDeleteDewasa ini, orang Kristian meletakkan iman mereka pada berkat, pengalaman luarbiasa, penyataan karunia Roh, mukjizat dll. Pengalaman luar biasa atau manifestasi keajaiban ilahi ini seringkali digunapakai untuk menunjukkan status keimanan seseorang. Pada aspek lain, iman mulai dibangun atas dasar pengalaman ini. Situasi ini sama seperti kita percaya apabila melihat ”bukti-bukti dan keajaiban-keajaiban” ini. Sebab itu, ramai orang Kristian hanya datang ke gereja sesudah melihat dan mengalami sendiri keajaiban-keajaiban ini atau ada yang datang hanya untuk mau melihat dan dengan harapan mengalaminya. Tetapi semua itu tidak akan pernah membentuk iman Kristian yang sejati, dan pada akhirnya nanti kenyataan seperti ”Allah sungguh mengecewakan”, ”Allah tidak wujud” atau ...yang sewaktunya dgnnya... mulai terucap dari mulut mereka apabila keinginan tidak terpenuhi.
Ketahulah bahwa, Iman yang sejati hanya dapat dibangun di atas landasan firman Tuhan. Bahkan Alkitab juga ada menceritakan bahwa "ada pahlawan iman tidak memperoleh" apa yang dijanjikan meskipun iman mereka telah memberikan kesaksian yang kuat; Mereka yang sakit tidak disembuhkan, yang dipenjara tidak dibebaskan, yang dianiaya tidak ditolong. Mereka tidak mengalami "keajaiban-keajaiban ilahi" seperti apa yang mereka inginkan, tetapi mereka tidak kehilangan iman mereka. Demikian juga rakan-rakan Daniel ketika diperhadapkan dengan situasi hidup dan mati (Baca kitab Daniel 3 ~xingat ayat hehehe). Iman mereka timbul dari pengenalan peribadi mereka dengan Allah dan bukan pada peristiwa ajaib yang dialami. ”Berbahagialah mereka yang tidak melihat bukti-bukti dan keajaiban-keajaiban, namun percaya” (Yoh 20:28). Menurut saya, penyataan iman kita adalah kebergantungan penuh kepada Allah, mengambil risiko untuk menuruti FirmanNya kerana kita tidak meragui kasih, janji dan kuasaNya. Seperti juga Petrus, pengenalan dia kan kasih, kuasa dan janji Yesus ketika bersama dengan Dia selama 3 tahun lebih, membawa dia kepada pertobatan yang sejati, dan inilah hasil dari iman yang sejati (tulen).